Kau tak berusaha menghindar ketika tepat
di ujung waktu itu aku menyentuhmu. Kau
tak berbalik pergi – saat aku mengusik,
melepas dan menangkapmu kembali – ketika
bahkan malam pun tenggelam: Benarkah kau
yang bernama Kelam?
“Tidak, aku bukan Kelam. Akulah cahaya
yang tengah sembunyi di kegelapan.”
Tapi kau diam saat aku menjamahmu, merayapi
tiap jengkal tubuhmu. Bukankah kau…
“Bukan. Akulah sesungguhnya Terang. Tapi,
harus senantiasa sembunyi, senantiasa
berlindung di balik Kelam, agar semakin
sibuk kau menerka-nerka Alam.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar