Kamis, 21 Agustus 2008

MALAM ITU

Malam itu: dingin yang menggigil dalam kabut,

jajaran pohon di sela padang bunga rumput

dan unggun api yang berangsur-angsur surut.

“Kerjapkan cahayamu!” seru sepi yang terbakar

sekian lama, yang memercikkan sisa-sisa nyala,

yang bertahan agar tidak terlalu segera mengabu.

“Kerjapkan cahayamu!” pekiknya, “Sebelum semua menjelma

tiada, sebelum gelap yang terus mengendap-endap itu

sempurna mencapaimu!”

Tidak ada komentar: