Kamis, 21 Agustus 2008

TITIK AIR

#1

Ia pernah turun sebagai hujan yang mengantar

sunyi mengetuk-ngetuk kaca jendela, sebelum

tergelincir dan jatuh ke tanah, pernah terserap

ke sumber air, tersangkut di gayung penduduk kampung,

terjerang panas api, tersekap dalam gua yang panjang

berliku-liku, dan pada akhirnya terlempar, terbuang

ke selokan, pernah terpecah menjadi butiran kecil

yang ringan, lalu mendaki langit lewat tangga cahaya

Ia pernah terseret arus yang kuat, pernah tergoda

jadi kericik air pancuran, tapi terjelma sebagai embun

yang runtuh menimpa bunga rumput, dan mendengar bunga

itu membisikkan sesuatu, tapi matahari menghardiknya

agar segera pergi sebelum ia aempat mengerti

#2

Titik air itu tak tahu mengapa ia begitu cepat

berubah, mengapa ia dapat begitu segera menyesuaikan

diri di mana ia berada, mengapa ia begitu tak berdaya

menolak kekuatan di luar dirinya yang membawanya

ke mana saja, tak tahu mengapa ia begitu mudah

dipengaruhi warna, dan mengapa ia tetap disebut titik

air apa pun yang terjadi pada dirinya, dan tak

ingin mengetahui jawabnya

Ia hanya ingin berkesempatan bertemu bunga rumput itu

sekali lagi, agar dapat mengerti maksud kata-kata

yang begitu indah namun tak dapat tertangkap maknanya,

tidak ingin tahu bahwa kepada setiap embun

yang turun bunga rumput itu selalu membisikkan

kata-kata yang sama, selamanya

Tidak ada komentar: